Di era disrupsi sekarang ini peran pemuda dan remaja sangatlah dibutuhkan untuk memajukan berbagai inovasi dan kreatifitas khususnya dalam bidang teknologi. Teknologi menjadi suatu yang fundamental dalam perkembangan serta pertumbuhan kualitas masyarakat di berbagai aspel mulai dari ekonomi, sosial, budaya hingga ranah private dalam keluarga sekalipun. Dalam mencapai tujuan tersebut para pemuda memiliki berbagai cara dan jalan salah satunya adalah dengan membuat kajian/penelitian yang bisa dijadikan inovasi yang visioner bagi perkembangan teknologi. Seperti lomba yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yaitu National Young Inventors Award (NYIA). National Young Inventors Award (NYIA) adalah ajang kompetisi bagi remaja dalam melakukan inovasi dan invensi di bidang teknologi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, memberikan apresiasi dan menggali potensi remaja di bidang inovasi teknologi. Lomba tingkat nasional ini juga sebagai ajang untuk menjaring inventor remaja berpartisipasi pada kompetisi tingkat regional maupun internasional. Peserta NYIA adalah remaja setingkat siswa SD, SMP dan SMA. Mereka adalah remaja yang potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi potent brand ambassador atau young talent terkait dengan remaja dan inovasi. 

Siswa Sekolah Dasar Bina Anak Sholeh Yogyakarta, Mas Abraham dan Mas Azka dari kelas 6 SD BIAS Yogyakarta baru baru ini masuk  masuk dalam finalis lomba nasional yang diadakan LIPI tersebut. Dengan mengangkat judul “Simple Chilli Dryer  dengan Sistem Rotasi untuk Memaksimalkan Proses Pengeringan Cabai”, Mas Azka dan Mas Abraham menguraikan penelitian dan ide yang sangat menarik untuk ditawarkan. Selain itu mereka menjadi satu-satunya wakil Jenjang Sekolah Dasar dari Propinsi DIY.

Dengan mengamati kondisi harga cabai rawit di pasar tradisional Yogyakarta yang tidak stabil, membuat petani cabai kesulitan apabila harga jual sangat rendah di pasaran sedangkan hasil panen sangat melimpah. Kendala yang terjadi adalah cabai rawit yang tidak tahan lama dan cepat membusuk bila penanganan kurang tepat. Sedangkan permintaan di pasaran juga lebih menyukai cabai rawit dalam kondisi segar dibanding yang sudah tersimpan lama setelah dipetik Untuk mensiasati kerugian, cabai rawit yang tidak laku dipasaran dapat diolah sebelum membusuk. Salah satu caranya adalah dengan dikeringkan, sehingga cabai dapat dimanfaatkan untuk waktu yang lebih lama dan dapat menjangkau pasaran yang lebih luas. Mengeringkan dengan menurunkan kadar air yang dikandungnya dengan bantuan sinar matahari. Pengeringan cabai secara tradisional bisa memakan waktu 7 sampai 10 hari, berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah alat pengering cabai sederhana yang tetap memanfaatkan energi matahari tetapi membutuhkan waktu yang lebih cepat dalam proses pengeringan. Oleh karena itu, dikembangkanlah sebuah alat bernama Simple chilli dryer atau alat pengering cabai sederhana yang tetap memanfaatkan cahaya matahari sebagai pengaruh utama dalam proses pengeringan. Alat ini berbentuk balok berbahan triplek yang dilengkapi beberapa penyesuaian.

Prestasi ini tidak lepas dari peran Sekolah BIAS dalam melakukan bimbingan intensif proyek sainskepada siswa melalui program sekolah juara. Dengan begitu, harapan dan tujuan lolosnya Mas Azka dan Mas Abraham dapat menjadi katalisator bagi masyarakat sekitar dalam mengembangkan teknologi yang inovatif.