Ranking PISA Indonesia Menempati Peringkat Bawah

Pada usia 4 tahun anak mulai memperlihatkan kemampuan membaca. Meskipun belum secara resmi diajarkan membaca, tetapi stimulasi membaca harus sudah diberikan yaitu dengan menghadirkan tulisan di lingkungan anak, menghadirkan buku-buku di lingkunan anak, bahkan ada istilah “menenggelamkan anak dalam lautan buku”, membacakan buku cerita, akan membantu anak mulai mencintai kegiatan membaca. Selalu mengajak anak membuka dan membaca buku jika anak bertanya tentang sesuatu, membuat anak yakin bahwa semua jawaban ada di buku dan tentu saja dengan mampu membaca membuatnya bisa menemukan jawaban itu di buku.

Suka membaca tidak bisa ditanamkan secara instan tapi merupakan proses yang panjang. Menurut hasil PISA tahun 2022 yaitu studi internasional yang menilai kualitas system pendidikan dengan mengukur hasil belajar yang esensial untuk berhasil di abad 21 didapatkan bahwa score Indonesia menunjukkan penurunan dan tetap menduduki peringkat ke 11 terbawah dari 81 negara yang didata dalam hal minat baca. Sedangkan menurut UNESCO, data minat baca Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu 0,001%. Artinya dari 1.000 orang hanya 1 yang rajin membaca.

Ada kegelisahan di Tim Balai Bahasa, apakah kegagalan itu justru ditentukan berupa  oleh pembelajaran literasi di PAUD, literasi awal sebelum anak memasuki sekolah formal. TK BIAS melakukan ini semua dengan harapan kegiatan literasi di sekolah  ini membuat anak dekat dengan buku dan anak mencintai membaca buku. Tentu saja syarat untuk anak mampu membaca tidak boleh dilewatkan, seperti membedakan bunyi, menyebutkan beberapa kata  dengan awalan atau akhiran yang sama, menegnal symbol, dsb.

Prinsip-prinsip pengajaran di TK BIAS meliputi habit forming, persuasive, human approach, dan bermain sambil belajar diimpelementasikan dalam aktivitas harian. Prinsip-prinsip ini juga diimplementasikan dalam literasi dengan didukung sarana dan peraga yang memadai menurut Bapak Umar Sidik merupakan pembelajaran yang ideal.

.

 

 

 

 

PENGETAHUAN BARU DI PABRIK PENGOLAHAN TEBU DAN ALKOHOL

KEGIATAN SERU ODI BIAS BOARDING SCHOOL

Salah satu tanaman yang banyak khasiatnya adalah tanaman tebu. Selain dapat menyegarkan dahaga dikala haus melanda, tebu juga memiliki deretan manfaat yang banyak bagi kesehatan manusia. Olahan tebu juga dapat dijadikan dalam berbagai komoditas seperti gula, bahan masakan, spirtus, handsanitizer dan bahkan alkohol yang berguna bagi kehidupan manusia. Tentu hal ini akan sangat menarik untuk dipelajari sebagaimana kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) vierual yang dilaksanakan oleh SD BIAS Yogyakarta ke Pabrik pengolahan tebu dan alkohol di madukismo. PKL Virtual ini dilaksanakan secara online yang disiarkan live streaming di youtube pada Kamis (30/9) pukul 08.00-10.00 WIB.

Kunjungan virtual kali ini adalah Pabrik Gula dan Spirtus di Madukismo, Bantul, Yogyakarta. Pabrik ini bernama PT Madubaru yang berdiri sejak tahun 1955. Sebelum mempelajari pengolahan tebu di dalam pabrik, tentu anak anak diajak berkenalan dengan tanaman tebu itu sendiri. Dengan dipandu oleh Ustadz Wahyu dan Ustadz Edi, anak anak menjadi paham klasifikasi dan jenis tanaman tebu yang akan diolah nantinya. Kemudian kegiatan dilanjut dengan mengenal alat alat pengolahan tebu yang tersedia dalam pabrik. Dalam sesi ini, Ustadz Wahyu dan Ustadz Edi dibantu oleh Pak Mahmud selaku staff PT Madu Baru dalam menjelaskan alat alat yang sedang digunakan, mengingat pabrik tersebut sudah lama beroprasi selama setengah abad lebih tentunya perlu ada penjelasan khusus secara historis oleh pegawai/orang yang berpengalaman dalam Pabrik tersebut. Di dalam tahap pengolahan terdapat alat penggilingan yang berfungsi untuk mengubah tanaman tebu menjadi air yang ada didalamnya. Tahap selanjutnya adalah proses ekstrasi yang memisahkan air tebu asli dengan ampas yang masih menempel pada air tebu. Kemudiann ada juga alat sulvitasi untuk membersihkan nira/cairan murni dari air tebu yang selanjutnya diuapkan menggunakan alat evaporator yang menyisakan air nira/calon gula. Setelah jadi cairan nira, tahap selanjutnya adalah dimasak agar menjadi kristal gula meskipun masih terdapat karamel yang menempel dan akan dipisahkan dengan alat penyaring gula. Pengolahan tebu seperti ini dapat diturunakan juga menjadi alkohol/spritus dan handsanitizer yang diambil dari tetes tebu. Alkohol disini adalah alkohol yang berfungsi sebagai medis dan kecantikan

Dengan adanya kegiatan PKL Virtual SD BIAS Yogyakarta ini diharapkan menjadi pemicu semangat anak anak dalam mempelajari bahan bahan makanan dan olahan komoditas yang berasal dari bahan tanaman tebu.

Lomba ini mengusung tema “Menumbuhkan Nilai Kepahlawanan pada Generasi Muda”. Tema ini memiliki latar belakang yang bercorak historis, salah satunya adalah penegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tak lepas dari peran dan jasa pengorbanan pahlawan yang tulus, ikhlas dan tanpa pamrih memperjuangkan kembali hak hak masyarakat Indonesia saat jaman penjajahan. Nilai nilai kepahlawanan yang muncul saat itu menjadi inspirasi bagi masyarakat modern sebagai role model kehidupan sosial bermasyarakat.

Oleh karenanya sangatlah penting bagi remaja/pemuda sebagai salah satu penerus arah perjuangan bangsa untuk menuangkan ide ide brilian yang komprehensif untuk mencapai suatu nilai kepahlawanan dan patriotisme dalam bentuk tulisan sebagaimana lomba yang diadakan Dinas Sosial DIY tersebut.

Dengan beberapa Undang Undang sebagai instrumen dasar dalam penulisan ananda Alya merangkai tulisan ilmiah yang sangat kompleks dan insipratif. Yaitu dengan judul  “Jadipahlawan.id Sebagai Platform Digital untuk Menanamkan Nilai Kepahlawanan Kepada Generasi Muda Indonesia”. Di dalamnya dijelaskan mengenai berkurangnya minat remaja saat ini akan literasi literasi sejarah sebagai bentuk acuan dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Dengan kondisi seperti ini, kita perlu mengkontekstualisasikan citra pahlawan dalam bentuk yang sesuai dengan dinamika dan minat para remaja. Tentu menghubungkan hal seperti ini tidak lah mudah bagi pemuda pada umumnya, mengingat anak muda membutuhkan teladan dari sosok pahlawan. Definisi kepahlawanan bagi anak muda saat ini sudah berbeda dengan sebelum kemerdekaan. Pahlawan adalah orang yang berjuang untuk kesejahteraan masyarakat dan membela kebenaran. Semua orang saat ini dapat menjadi pahlawan untuk bangsa Indonesia.

Untuk menanamkan nilai kepahlawanan pada generasi muda dibutuhkan cara yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan internet dengan menciptakan platform digital.

Dengan rancangan platform jadipahlawan.id.  yang berbentuk website ini dan ditunjang dengan media sosial sepeerti Instagram serta Youtube akan menghadirkan Konten yang mencakup : kisah dari tokoh dan komunitas yang inspiratif dari 34 propinsi di Indonesia serta platform crowdfunding. Dengan platform ini diharapkan generasi muda bisa mendapatkan inspirasi dari seluruh pelosok negeri sekaligus dapat menjadi sosok pahlawan dengan bergabung di komunitas inspiratif dan berbagi lewat platform crowdfunding yang tersedia di platform.

Dengan karya yang penuh inspirasi ini, diharapkan dapat menjadi motivasi dan penyemangat anak muda dalam menanamkan jiwa jiwa nasionalisme dan patriotisme sesuai dengan dinamika perubahan zaman.

Setiap sekolah pasti memiliki bentuk masa pengenalan/orientasi sekolah yang disusun. Bentuk bentuk tersebut tentunya mengikuti alur kultur daripada sekolah itu sendiri. Begitu pula dengan SMP dan SMA BIAS Yogyakarta salah satu sekolah islam terbaik di Yogyakarta memiliki sistem Boarding School/asrama. BIAS Boarding School ini memiliki masa orientasi siswa yang sangat menarik dan inspiratif dengan nama Orientasi Dienul Islam atau biasa disebut dengan ODI. ODI merupakan kegiatan semacam MOS . Bagi siswa BIAS, inilah ajang untuk mengenali secara mendalam apa yang akan dipelajari di SMP dan SMA BIAS, bagaimana menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bagaimana mengatur diri dan waktu, survive menjalani hidup dengan cara baru di asrama bersama teman teman dengan latar belakang yang beragam, berlatih menjadi remaja muslim agar memiliki cita-cita besar, belajar peduli agar kelak bisa andil memberi solusi.

Alhamdulillah, dengan izin Allah, tahun ajaran baru kali ini BIAS Boarding School (BBS) kembali mengadakan Orientasi Dinul Islam (ODI) pada 17-19 September 2021 yang lalu. Berbagai keseruan dengan tetap mematuhi Prokes, para siswa-siswi kelas 7-12 BBS diajak mengenal secara mendalam apa saja yang akan mereka pelajari di BIAS Boarding School: bagaimana menetapkan target hidup yang sesuai dengan tujuan Allah Ta’ala menciptakan manusia, mengatur diri dan waktu, menjalani hidup dengan cara baru di Pondok bersama teman-teman dengan berbagai latar belakang.

Kegiatan di dalamnya meliputi: Diskusi tembiring dengan topik dan tema yang menarik, outbond, pentas seni dan yang menjadi highlight adalah Program DigEn dan DynEd: program untuk menggodok siswa agar siap menghadapi tantangan dunia digital yang mengglobal.

Dengan dilaksanakannya ODI Bias Boarding School ini diharapkan menjadi pemantik semangat dan motivasi siswa dalam mengembangkan skill dan bakat akademik maupun pengembangan diri di Sekolah BIAS.

APA KATA ORANG TUA TENTANG SD BIAS YOGYAKARTA? Sekolah Bina Anak Sholeh (BIAS) Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Islam terbaik di Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1994 dan bernaung di bawah Yayasan Bina Anak Sholeh.

SD BIAS VIRTUAL TOUR KE MUSEUM GEOTEKNOLOGI MENIRAL UPN “VETERAN” YOGYAKARTA Indonesia merupakan negara dengan segala bentuk kekayaan alamnya. Sumber daya alam yang ada menjadi sorotan khusus bagi para ilmuwan, khususnya bagi peneliti bebatuan, mineral dan fosil.

APA PENDAPAT WALISISWA TENTANG BIAS BATITA CENTER ? Bagi kebanyakan orang tua, pendikan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk mengasah pengetahuan dan skill sang anak.

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

Membaca Tulisan Namanya dan Nama Teman-temannya

PENYAMBUTAN DI BATITA & PLAYGROUP BIAS

Mengenal diri bagi anak- anak diawali dari mengenal dirinya sendiri mulai dari identitas diri seperti namanya dan tubuhnya. Anak- anak perlu  sering disebut namanya agar mengenal siapa namanya. Anak- anak juga perlu dibantu  untuk menyebut namanya sendiri juga menyebut nama teman- temannya. Dengan memiliki kemampuan menyebut namanya dan nama temannya, anak- anak akan dapat membedakan dia dan teman- temannya.

Mengapa mengenal diri ini penting? Karena dengan mempunyai kemampuan mengenal dirinya sendiri, anak- anak akan mudah untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungannya. Sebagai contoh, ketika awal berteman, anak- anak akan menyebutkan siapa namanya.

Pembelajaran menyebut namanya di sekolah Play Group BIAS ( Bina Anak Sholeh) mencakup menyebut secara lisan namanya dan membaca tulisan namanya. Adapun pembelajaran membaca tulisan namanya dilaksanakan secara pembiasaan.

Bagaimana pembiasaan membaca tulisan namanya dan nama teman- temannya ? Anak- anak setiap hari bahkan setiap saat melihat tulisan- tulisan namanya dan nama teman- temannya yang tertempel di rak sepatu, rak tas, rak sandal, rak botol minum, buku prestasi ngaji dan di peraga- peraga belajar lainnya. Ustazah membiasakan membacakan tulisan namanya dan nama temannya tersebut.

Dengan demikian anak- anak akan mengenal namanya, mengenal nama temannya, bisa membaca tulisan namanya dan bisa membaca nama temannya tanpa pemaksaan.

 

 

APA KATA ORANG TUA TENTANG SD BIAS YOGYAKARTA? Sekolah Bina Anak Sholeh (BIAS) Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Islam terbaik di Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1994 dan bernaung di bawah Yayasan Bina Anak Sholeh.

SD BIAS VIRTUAL TOUR KE MUSEUM GEOTEKNOLOGI MENIRAL UPN “VETERAN” YOGYAKARTA Indonesia merupakan negara dengan segala bentuk kekayaan alamnya. Sumber daya alam yang ada menjadi sorotan khusus bagi para ilmuwan, khususnya bagi peneliti bebatuan, mineral dan fosil.

APA PENDAPAT WALISISWA TENTANG BIAS BATITA CENTER ? Bagi kebanyakan orang tua, pendikan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk mengasah pengetahuan dan skill sang anak.

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

Penyambutan

PENYAMBUTAN DI BATITA & PLAYGROUP BIAS

Menyambut tamu merupakan kegiatan yang perlu di pikirkan dan disiapkan  secara matang . Mengapa demikian? Karena tamu adalah sosok yang harus dimuliakan  sebagaimana di dalam Al qur’an dan Hadist yang menganjurkan agar kita memuliakan tamu.

Di dalam surat Adzariyat: 24- 28 mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw termasuk kita sebagai umatnya kisah nabi Ibrahim As yang sangat menghormati tamu nya. Tamu Nabi Ibrahim As mengucapkan salam, kemudian nabi Ibrahim menjawab salam. Nabi Ibrahim As menjamu tamunya dengan hidangan yang lezat berupa daging anak sapi yang dibakar.

Hadist riwayat Buchori yang artinya : “ Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” Hadist ini menganjurkan kita agar memuliakan tamu yang datang. Beberapa adab  menyambut tamu  antara lain:  bersalaman dan menyambutnya , berpakaian rapi dan sopan, buat suasana nyaman.

Ibarat tamu yang datang, maka anak- anak Batita- Play Group  BIAS (Bina Anak Sholeh) disambut dengan mulia. Hal ini dimulai dari menyiapkan tempat dan suasana yang nyaman seperti suasana kelas yang diatur agar siap untuk bermain dan belajar, ustazah yang dengan hangat menyambut anak- anak dan kegiatan- kegiatan diawal yang melibatkan orang tua.

Suasana kelas yang diatur agar siap untuk bermain dan belajar adalah  sebagai media anak- anak dalam menetralkan emosi mereka. Emosi anak- anak yang masih “ kemanthil-manthil” dengan suasana dan kasih sayang orang tua nya dirumah perlahan- lahan akan mengendur dengan mereka bermain bersama ustazah di sekolah.

Anak- anak juga akan nyaman berkunjung ke sekolah karena disambut ustazah dengan hangat. Ustazah akan menyambut dengan  salam, salim, senyum dan sapa . Aura kehangatan ustazah akan berdampak pada suasana hati anak- anak sehingga mereka akan dengan mudah menerima ustazah.

Kegiatan- kegiatan awal yang melibatkan orang tua seperti meletakkan tas di rak tas, susu beserta dot nya di meja, tempat minum di rak  dan lainnya. Adanya kegiatan- kegiatan seputar perawatan barang- barang  milik anak- anak ini akan membuat anak- anak merasa “ ayem”  karena barang – barang miliknya sudah tertata.

Demikianlah  upaya- upaya dalam memulaikan anak- anak yang datang ke sekolah.

APA KATA ORANG TUA TENTANG SD BIAS YOGYAKARTA? Sekolah Bina Anak Sholeh (BIAS) Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Islam terbaik di Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1994 dan bernaung di bawah Yayasan Bina Anak Sholeh.

SD BIAS VIRTUAL TOUR KE MUSEUM GEOTEKNOLOGI MENIRAL UPN “VETERAN” YOGYAKARTA Indonesia merupakan negara dengan segala bentuk kekayaan alamnya. Sumber daya alam yang ada menjadi sorotan khusus bagi para ilmuwan, khususnya bagi peneliti bebatuan, mineral dan fosil.

APA PENDAPAT WALISISWA TENTANG BIAS BATITA CENTER ? Bagi kebanyakan orang tua, pendikan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk mengasah pengetahuan dan skill sang anak.

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

INSPIRASI SYEKH AL-SYA`RAWI

INSPIRASI SYEKH AL-SYA`RAWI

Amin Si Anak Petani

Ayahnya adalah seorang petani Mesir yang sederhana. Al-Sya`rawi kecil (ketika kecil dia dipanggil dengan nama ‘Amin’) pun seperti anak-anak sebayanya. Pergi ke sekolah, kemudian ikut membantu berladang. Cita-cita Amin pun sebatas ‘meneruskan perjuangan ayahnya’ alias jadi petani.

Sebenarnya, Amin punya bakat di bidang sastra. Sejak kecil ia bahkan sudah menghafal syair-syair Ahmad Syauqi, Si Raja Syair asal Mesir. Memang ini menjadi ‘sayembara’ ayahnya. Setiap Aminmenghafal  satu syair, ia dapat hadiah beberapa keping qirsy (piaster, seperti sen, pecahan dari pound, mata uang Mesir). Lumayan, buat uang jajan. Ketika masuk SMA al-Azhar di Zaqaziq, ia pun terpilih menjadi Ketua Persatuan Pelajar di sekolahnya (di Indonesia seperti OSIS) dan Ketua Perkumpulan Sastrawan Zaqaziq.

Amin sudah lulus SMA, waktunya jadi mahasiswa. Di dalam pikiran ayahnya sang petani sederhana itu, anak Mesir kalau sudah hafal al-Quran dan lulus sekolah ya masuk Universitas al-Azhar, untuk jadi orang benar. Amin ternyata masih bersikukuh dengan impian lamanya melanjutkan perjuangan ayahnya di ladang. Bahkan malam tes masuk al-Azhar, Amin mengoleskan merica ke matanya untuk supaya matanya menjadi merah untuk mengelabui ayahnya. Dia pura-pura sakit. Apes, ketahuan.

Ketika tes masuk al-Azhar pun dia tak kehilangan akal. Pengujinya dipermainkan dengan menjawab asal-asalan ketika diminta melanjutkan ayat al-Quran. Pengujinya bisa mencium kalau anak ini sebenarnya sudah hafal al-Quran, tapi sengaja disalah-salahkan. Akhirnya, “Lancang kau bocah!”, kata sang penguji, “Sudah sana masuk al-Azhar!” Amin diterima masuk al-Azhar, fakultas bahasa Arab.

Ayahnya datang ke Kairo untuk memastikan keadaan Amin, siapkah ia mengikuti pelajaran? Ternyata ia belum punya buku diktat. Berangkatlah mereka berdua ke toko buku. Lagi-lagi Amin berulah. Kitab-kitab yang berjilid-jilid dengan berbagai tema mulai dari bahasa, ilmu al-Quran, tafsir, dan lain-lain ditunjuknya asal-asalan. “Kali ini harus berhasil!” Begitu pikiran Amin. Ia berharap agar ayahnya menyerah ketika tahu bahwa ‘diktat’ al-Azhar besar-besar dan pasti mahal-mahal. “Berapa?” “Satu pound Pak.” Jawab pemilik toko. “Silahkan Pak, ini saya bayar satu pound.” Tanpa menawar, ayahnya langsung membayar semua kitab yang ditunjuk Amin. Ada berapa kitab yang sudah asal-asalan ditunjuk Amin?

Padahal satu pound Mesir (Le) zaman segitu, mungkin sama nilainya dengan 1700 pound zaman sekarang. 1700 pound itu kalau dirupiahkan nilainya sekitar 1,5 juta rupiah untuk kurs saat ini (Akhir Januari tahun 2021).

Amin ikut ke stasiun kereta api melepas ayahnya pulang ke Mit Ghamr, kampung halamannya. Menjelang keberangkatan kereta, ayahnya berkata, “Nak, ayah tahu kalau kitab-kitab itu sebenarnya bukan diktatmu, tapi tak apa. Semoga kitab-kitab itu membuat kamu tambah semangat belajar, semoga Allah membukakan pintu-pintu ilmu kepadamu melalui kitab-kitab itu”.

Muhammad Mutawalli al-Sya`rawi

Amin yang bandel sekarang sudah jadi Muhammad Mutawalli al-Sya`rawy yang berusia 60 tahun. Di usia ini Syekh Sya`rawy baru muncul di depan rakyat Mesir mengajarkan tafsir al-Quran. Mesir memang tak pernah langka ulama. Tapi Syekh al-Sya`rawy beda. Syekh Sya`rawi berhasil membangun madrasah rakyat dengan mutiara-mutiara tafsir al-Qurannya. Syekh al-Sya`rawi menafsirkan al-Quran dalam sebuah kajian umum dan direkam. Alhamdulillah, beliau berhasil mengkhatamkan kajian tafsir 30 juz al-Quran. Penerbit Akhbâru’l Yaum mengetik ceramah beliau dan menerbitkannya menjadi satu set Tafsir Syekh al-Sya`rawi lengkap dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas.

Bukan sembarang menafsir atau bicara seputar ayat al-Quran, Syekh Sya`rawi punya modal ilmu-ilmu bahasa Arab (nahwu, sharf, balaghah, lughah (kosa kata) dan adab/sastra Arab) beserta kelengkapan ilmu alat lain seperti ilmu tafsir, usul fikih, ilmu hadis, ilmu mantik (logika) dan sebagainya dari studinya di al-Azhar. Perangkat ilmu yang harus dikuasai dan dilebur menjadi kecakapan dalam diri untuk layak berbicara soal agama Islam.

Kenapa baru muncul ketika sudah 60 tahun? Kemana saja sebelumnya? Ketahuilah bahwa yang memunculkan, ‘menyembunyikan’, bahkan meredupkan orang adalah Allah. Guru-guru di al-Azhar pun sering menasehatkan untuk tidak keburu tampil, biarkan Allah yang mengatur dan menempatkan kita di posisi yang Ia Ridhai. Fokus kita sebagai pelajar adalah menuntut ilmu; hadir di majelis ilmu para ulama al-Azhar (di kampus maupun di luar kampus), mengulang pelajaran, menghafal, memperluas bacaan, berdiskusi dengan rekan-rekan sesama pelajar dan seterusnya sampai menguasai ilmu-ilmu keislaman dengan baik.

Syekh Sya`rawi menempuh jalur yang sama dengan kebanyakan pemuda Mesir lainnya. Lulus al-Azhar, ia mulai dengan menjadi guru SMA al-Azhar di berbagai kota. Ada yang menarik di sini. Bahwa yang pernah menjadi salah satu murid SMA-nya adalah Syekh Yusuf al-Qaradhawi, penulis buku al-Halâl wa’l Harâm fi’l Islâm. Ketika itu, al-Qaradhawi muda juga sangat unggul di bidang bahasa Arab. Syekh al-Qaradhawi sangat hormat dengan Syekh Sya`rawi, “Kalau saya bertemu Syekh al-Sya`rawi, saya cium tangan beliau!”

Syekh Sya`rawi yang ‘hanya’ lulus s1 al-Azhar ini karirnya dilancarkan oleh Allah. Ia pernah menjadi dosen di Universitas Ummu’l Qura, Mekah. Waktu itu dia diminta mengajar aqidah, padahal spesialisasinya adalah bahasa Arab. Tapi Syekh Sya`rawi memang dikaruniai kecerdasan dan kelengkapan bangunan keilmuan oleh Allah, jadi hal itu tak menjadi masalah besar buat beliau.

Tahun 1963, ada konflik antara Presiden Mesir Jamal Abdul Nasser dengan Raja Su`ud, Syekh Sya`rawi dilarang kembali ke Saudi. Sekembalinya dari Saudi, beliau ditunjuk menjadi direktur kantor Grand Syekh al-Azhar, Syekh Hasan Ma’mun.

Kemudian beliau kembali berpetualang, kali ini menjadi ketua rombongan delegasi al-Azhar ke Aljazair. Sampai ketika hubungan Mesir-Arab Saudi membaik, Syekh Sya`rawi kembali mengajar di Arab Saudi, kali ini di Universitas King Abdul Aziz.

Ketika Mamduh Salim menjadi perdana menteri Mesir, Syekh Sya`rawi ditunjuk menjadi Menteri Wakaf dan Urusan al-Azhar (semacam Menteri Agama di Indonesia) sampai Oktober 1978. Selama menjabat sebagai menteri, di antara prestasi beliau adalah menggolkan Bank Islam pertama di Mesir, Bank Faishal.

Syekh Sya`rawi, Teladan Soal Ihsan

Mesir adalah pusat keilmuan Islam. Sudah pasti ada banyak kajian bahkan perdebatan sengit dalam urusan pemahaman agama. Terkadang, cacian terhadap pihak lain tidak dapat dihindari. Tapi rasanya ini tidak berlaku bagi Syekh Sya`rawi. Nyaris tidak ditemukan orang Mesir yang tidak cinta dengan Syekh al-Sya`rawi, apalagi sampai mencaci beliau! Secara keilmuan beliau diakui, secara kepribadian begitu dicintai.

Seorang mahasiswa senior Universitas al-Azhar asal Indonesia pernah bercerita kepada. Waktu itu beliau diminta menjadi penerjemah seorang doktor Mesir yang berkunjung ke sebuah lembaga pendidikan di tanah air. Doktor tersebut menyampaikan sebuah cerita tentang Syekh Sya`rawi yang sangat menyentuh. Sang Senior sampai harus menitikkan air mata ketika harus menerjemahkan cerita tersebut.

Ceritanya, Syekh Sya`rawi tergeletak di ranjang karena sakit di akhir hayatnya. Murid-muridnya berkumpul di sekelilingnya. Menyemangati beliau dan mendoakan kesembuhan bagi beliau. Tapi apa jawab Syekh Sya`rawi? “Kalian ini bagaimana? Kok malah ngomong begitu? Kalian ingin ‘kenikmatan’ yang saya dapat ini dicabut?”. Akhirnya beliau wafat pada tanggal 17 Juni 1998 pada usia 87 tahun.

Begitulah Syekh Sya`rawi. Tidak hanya kapasitas keilmuan dan ceramahnya yang menginspirasi, namun juga setiap perilaku hidupnya. Beliau adalah teladan dalam berihsan, menyembah Allah seakan kita melihat-Nya. Kalaupun kita belum melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Ia melihat kita. Ihsan tak bisa berbohong, karena berhadapan dengan Yang Maha Tahu. Untuk apa memamerkan amalan di depan manusia, padahal Allah melihat ke dalam hati terdalam manusia.

Syekh Sya`rawi pulang mengajar diantar supirnya. “Berhenti sebentar di masjid depan ya.” Supirnya heran,”Ini kan belum masuk waktu solat?” Ia pun berhenti dan setia menunggu Syekh Sya`rawi yang masuk ke dalam masjid. Tapi kenapa lama sekali? Ia pun memutuskan ikut masuk ke dalam. Ternyata Syekh Sya`rawi tidak ada di setiap ruangan masjid. Ia terus mencari, ternyata Syekh Sya`rawi sedang berada di tempat wudhu, sedang ngosek (membersihkan/menyikat-jw) bak air! “Lho Syekh! Kenapa kok malah ngosek bak air?” Syekh Sya`rawi menjawab, “Tadi ketika saya mengajar, terlintas ujub dan berbangga diri di hati. Makanya saya begini supaya merendahkan diri dan menghinakannya.”

 

Ust. Musa al Azhar, Lc. Dipl.
Pasca Sarjana, Jurusan Hadits dan Ilmu Ilmu Hadits, Fak. Ushuluddin, Univ. Al Azhar Cairo.
Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Mesir dan Timur Tengah.

KAJIAN ESKATOLOGI ISLAM DI AL-AZHAR (PART I) Kajian eskatologi Islam atau yang juga nge-trend dengan nama ‘kajian akhir zaman’ itu aslinya merupakan 

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT LMU Apakah kecerdasan atau IQ merupakan satu-satunya faktor keberhasilan menuntut ilmu?

MENTERI LUAR NEGERI PERANCIS MENGHADAP GRAND SYEKH AL-AZHAR Ahad, 8 November 2020, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menghadap Grand Syekh al-Azhar

“MEMBIAYAI AGAMA”
TANGGUNG JAWAB SIAPA? 
Orang bahagia adalah orang yang pandai bersyukur. Karena dia selalu merasa cukup atas apa yang diberikan Allah. Dia sudah selesai dengan

BERHATI-HATI DENGAN “KATA NABI (SHALLALLÂHU `ALAIHI WA SALLAMA)” Dengan tergopoh-gopoh sahabat Abu Musa al-Asy`ari RadhiyalLâhu `anhu mendatangi para sahabat Nabi lain yang sedang

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

Berhati-Hati dengan “Kata Nabi (ShallalLâhu `alaihi wa Sallama)”

Berhati-Hati dengan “Kata Nabi (ShallalLâhu `alaihi wa Sallama)”

Dengan tergopoh-gopoh sahabat Abu Musa al-Asy`ari RadhiyalLâhu `anhu mendatangi para sahabat Nabi lain yang sedang berkumpul. “Tadi saya dipanggil Umar bin Khaththab RadhiyalLâhu `anhu ke rumahnya”, ujar Abu Musa memulai ceritanya dengan pancaran kekhawatir terlihat di wajahnya.

“Ketika sudah sampai rumah Beliau, saya ‘Assalamualaikum’ tiga kali ternyata tidak ada jawaban. Akhirnya saya beranjak pulang saja”, lanjut Abu Musa.

“Abu Musa, kok malah pulang?”, tanya Umar yang tiba-tiba sudah terlihat berdiri membukakan pintu. “Wah, tadi saya sudah sampai situ. Saya ‘Assalamualaikum’ tiga kali tidak dijawab, ya saya pulang saja”, jawab Abu Musa.

“Karena Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama bernah bersabda … ”, terang Abu Musa. “Apabila kamu sudah minta izin tiga kali (ketika bertamu ke rumah orang-pen) dan ternyata tidak diizinkan, maka pulang saja”.

Ternyata sahabat Umar RadhiyalLâhu `anhu tidak langsung menerima begitu saja informasi yang disampaikan Abu Musa dari Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama. “Umar minta dari saya sebuah bukti bahwa Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama memang pernah menyampaikan perintah tersebut. Ada yang pernah sama-sama mendengar perintah tersebut dari Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama?”, tanya Abu Musa al-Asy`ari.

Ternyata berdirilah sahabat Abu Said al-Khudri RadhiyalLâhu `anhu yang waktu itu paling muda di antara para sahabat yang sedang berkumpul. “Iya, saya pernah mendengarnya juga dari Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama”, kata Abu Said.

Akhirnya Abu Said al-Khudri menemani Abu Musa al-Asy`ari menghadap Umar bin Khaththab menyampaikan kebenaran perintah Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama bahwa siapa saja yang bertamu ke rumah seseorang, ketika sudah tiga kali mengetuk pintu atau memberi salam namun tidak dibukakan, dianjurkan untuk pulang saja. Tidak perlu menunggu lama di depan pintu apalagi terus mengetuknya.

Kisah dengan redaksi di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih-nya (hadis nomor 2153). Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari -dengan sedikit perbedaan beberapa lafaz yang tidak merubah makna- dalam Kitab Shahih-nya (hadis nomor 6245).

Peristiwa di atas memberikan gambaran kepada kita tentang budaya verifikasi atau cek dan re-check di kalangan para sahabat Nabi, generasi terbaik umat Islam. Mereka adalah generasi yang menerima langsung ajaran Islam dari  Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama. Mereka juga yang berperan besar menyampaikannya kepada para generasi setelahnya di berbagai belahan bumi.

Paa sahabat menerapkan kehati-hatian ekstra mulai dari ketika menerima, menjaga sampai menyampaikan hadis.

Sahabat al-Barâ’ bin `Âzib RadhiyalLâhu `anhu pernah berkata, “Tidak semua dari kami (para sahabat-pen) selalu mendengar hadis Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama. Karena kami juga punya kesibukan dan pekerjaan masing-masing. Akan tetapi orang-orang pada waktu itu tidak berdusta. Jadilah orang yang hadir mengabarkan hadis yang mereka dengar kepada yang tidak hadir”. [Diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Jâmi` li Akhlâq al-Râwi (1/117)]

Senada dengan hal tersebut, sahabat Anas bin Malik RadhiyalLâhu `anhu mengatakan, “…Demi Allah kami bukan pendusta, bahkan kami tidak kenal apa itu dusta!”. [(Diriwayatkan oleh Ibnu `Adi dalam al-Kâmil fî Dhu`afâ’ al-Rijâl (1/372)]

Dusta ternyata merupakan hal yang sangat tercela di kalangan masyarakat Arab bahkan di kalangan mereka yang masih jahiliyah. Ingatlah ketika Abu Sufyan ditanya-tanya oleh Kaisar Heraclius perihal ‘Nabi baru’ Muhammad ShallalLâhu `alaihi wa Sallama yang muncul di tengah masyarakat Arab. Abu Sufyan menjawab apa adanya, padahal kala itu ia belum beriman bahkan termasuk dalam barisan kafir Quraisy yang memusuhi Nabi.

Sebenarnya merupakan kesempatan besar untuk memanipulasi informasi tentang Nabi, tapi itu tidak dilakukan oleh Abu Sufyan. Ia bahkan mengatakan, “Demi Allah kalau saja bukan karena rasa malu akan tudingan dusta yang akan mereka lontarkan kepadaku, pasti aku akan berdusta tentangnya (Nabi Muhammad ShallalLâhu `alaihi wa Sallama-pen)”. (Peristiwa ini diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari nomor 7)

Sebenarnya dalam dialek Quraisy kata al-Kadzib tidak hanya bermakna dusta (secara sengaja mengabarkan sesuatu yang berbeda dengan realita). Ia juga bermakna al-Khatha’ atau salah mengabarkan sesuatu yang dalam hal ini dilakukan secara tidak sengaja. [(Sebagaimana perkataan Ibnu al-Anbari yang dinukil Murtadha al-Zabidi dalam Tâju’l `Arûs (4/129)]

Sehingga, pernyataan beberapa orang dari sahabat bahwa mereka bukan masyarakat yang membudayakan al-Kadzib, dapat juga dimaknai bahwa mereka selalu berhati-hati dalam setiap nukilan sehingga tidak terjatuh dalam kesalahan yang tidak sengaja sekalipun. Selain juga dimaknai bahwa mereka jauh dari sifat dusta.

Demikianlah cara pikir dan budaya para sahabat –semoga Allah meridhai mereka semua dan kita pun meridhai mereka- yang sangat hati-hati dalam menjaga keaslian ajaran agama; dalam hal ini adalah menjaga hadis Rasulullah ShallalLâhu `alaihi wa Sallama supaya diriwayatkan seasli dan sebagaimana dulu mereka dengar dengan hati-hati dari Beliau ShallalLâhu `alaihi wa Sallama.

Apabila sering disebut bahwa mengikuti manhaj dan cara berpikir para sahabat adalah jaminan kesahihan pemahaman agama, maka kehati-hatian dalam menerima, menyimak sampai menyampaikan hadis Nabi adalah sebuah keniscayaan bagi siapapun yang ingin ‘bermanhaj sahabat’.

Referensi:

Abdullah bin Adi al-Jurjani, al-Kâmil fî Dhu`afâ al-Rijâl, ed. Mazin al-Sirsawi, Maktabah al-Rusyd, Riyadh, Arab Saudi, cet. II, 1435 H/2014 M.

Al-Khathib al-Baghdadi, al-Jâmi` li Akhlâq al-Râwi wa Âdâb al-Sâmi`, ed. Mahmud al-Thahhan, Maktabah al-Ma`ârif, Riyadh, Arab Saudi, t.t.

Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, al-Musnad al-Shahîh (Shahîh Muslim), ed. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dâr Ihyâ’ al-Turâts, Beirut, Libanon, t.t.

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jâmi` al-Shahîh (Shahîh al-Bukhâri), ed. Muhammad Zuhair Nashir, Dâr Thauq al-Najât, cet. I, 1422 H.

Murtadha al-Zabidi, Tâju’l `Arûs min Jawâhiri’l Qâmûs, ed. Majmû`ah mina’l Muhaqqiqîn, Dâru’l Hidâyah, t.t.

Ust. Musa al Azhar, Lc. Dipl.
Pasca Sarjana, Jurusan Hadits dan Ilmu Ilmu Hadits, Fak. Ushuluddin, Univ. Al Azhar Cairo.
Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Mesir dan Timur Tengah.

SEMUA BUTUH PAKAR AGAMA PUN DEMIKIAN Para sahabat sebenarnya segan untuk bertanya kepada Nabi tentang

KAJIAN ESKATOLOGI ISLAM DI AL-AZHAR (PART I) Kajian eskatologi Islam atau yang juga nge-trend dengan nama ‘kajian akhir zaman’ itu aslinya merupakan 

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT LMU Apakah kecerdasan atau IQ merupakan satu-satunya faktor keberhasilan menuntut ilmu?

MENTERI LUAR NEGERI PERANCIS MENGHADAP GRAND SYEKH AL-AZHAR Ahad, 8 November 2020, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menghadap Grand Syekh al-Azhar

“MEMBIAYAI AGAMA”
TANGGUNG JAWAB SIAPA? 
Orang bahagia adalah orang yang pandai bersyukur. Karena dia selalu merasa cukup atas apa yang diberikan Allah. Dia sudah selesai dengan

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

“Membiayai Agama” Tanggung Jawab Siapa?

"MEMBIAYAI AGAMA" TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Orang bahagia adalah orang yang pandai bersyukur. Karena dia selalu merasa cukup atas apa yang diberikan Allah. Dia sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri.

Sedikit atau banyak apa yang diperoleh, apa yang telah dimiliki, hatinya menerima. Mereka beriman, ridho atas nikmat yang diberikan Allah.

Orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, selanjutnya mesti akan memberi manfaat kepada pihak lain. Dia bermental kaya, mental pemberi. Bukan mental miskin, yang suka menuntut, dan meminta.

Orang yang selalu merasa kurang dan menuntut, masih disibukkan dengan urusan dirinya sendiri. Mana bisa dia berempati atau memberikan manfaat kepada pihak lain ?

Orang yang merasa tidak pernah cukup, mudah terjerumus pada sifat tamak (ath Thama’u). Sifat ini tumbuh akibat mencintai harta benda, takut kehilangan sebagian hartanya, dan berhasrat untuk menambah lebih banyak lagi.

Rasul menggambarkan, “Jika anak adam memiliki satu lembah emas, dia akan mencari agar menjadi dua lembah, dan tidak akan menutup mulutnya melainkan dengan tanah. Dan Allah menerima orang yang bertaubat.”
(HR. Bukhari – Muslim).

Tamak termasuk salah satu penyakit akhlaq yang parah, bisa merusak agama seseorang. Tamak adalah sikap rakus terhadap kebendaan.

Sifat tamak ini merupakan sumber keburukan, sehingga orang dengan mudah untuk berbuat curang, menipu, korupsi, gemar mengharap fasilitas, dengki, serakah, nafsu ingin punya ini dan itu. Tapi ia sendiri : kikir dan pelit.

Para sahabat Nabi adalah orang orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, mereka adalah para muhsinin. Inilah buah tarbiyah Nabi, seperti yang digambarkan di awal Al Qur’an, “Wamimma rozaqnahum yunfiquun”, sebagai orang orang yang memelihara fitrahnya, mereka berinfak dengan sebagian harta yang dimilikinya.

Inilah yang dikisahkan dalam perang Tabuk, perang yang dirasakan sangat berat saat itu, karena melawan Imperium Romawi. Terjadi pada bulan Rajab 9 H.

Nabi memerintahkan orang orang beriman untuk berperang, dengan memerinci musuh yang akan dihadapi. Berdasar informasi, Romawi menyiapkan pasukan dengan skala besar, dengan merekrut semua Arab Kristen yang berada dalam jajahannya.

Waktu itu musim buah buahan matang, menjelang panen, cuaca sangat terik, dalam kondisi krisis ekonomi, melawan musuh yang kuat, perjalanan jauh dan medan yang sulit. Kalau harus memilih, tentu mereka lebih enak tinggal di rumah bersama keluarga.

Nabi memerintahkan mereka menyisihkan sebagian harta untuk perbekalan pasukan. Orang orang yang kokoh imannya, langsung berlomba lomba untuk memberi, mengeluarkan hartanya guna membiayai perang.

Utsman bin Afan berinfak 100 ekor unta dengan muatan dan pelananya, ditambah lagi dengan 200 ekor unta dengan muatan lengkap. Kemudian 300 unta lagi dengan muatan dan pelananya. Ditambah lagi menyerahkan 1000 dinar dari kantong bajunya.

Umar bin Khatab berinfak dengan separoh hartanya. Beliau mengira kali ini bisa mengalahkan infak Abu Bakar. Ketika Rasulullah bertanya kepada Abu Bakar, “Berapa yang engkau sisakan untuk keluargamu ?” Dijawab oleh Abu Bakar, “Aku menyisakan Allah dan Rasul-NYA !” Abu Bakar telah menyerahkan seluruh hartanya.

Demikian juga Abdurrahman bin Auf berinfak 2000 dirham, Al Abas bin Abdul Muthalib, Thalhah bin Ubaidilllah dan lainnya, semua berinfak dalam jumlah besar.

Tidak ketinggalan orang orang fakir miskin, meski dengan malu malu, mereka menyerahkan separo penghasilannya, seperti Abu Uqail datang membawa setengah sha’ kurma. Orang orang fakir miskin merasa sedih karena tidak memiliki biaya untuk ikut berjihad.

Begitulah, orang orang mukmin memahami bahwa harta adalah wasilah untuk berkhidmah, untuk bisa membiayai agama ini. Mereka menginfakkan harta dengan ketundukan dan kesukaan.

Orang orang miskin tidak mau dibantu, malah maunya memberi. Mereka semua heroik berlomba lomba benkontribusi dalam jihad fii sabilillah.

Padahal orang miskin itu hidup dalam taraf minimal, persoalan mereka masih berkutat dengan kebutuhan pokok. Kadang diantara mereka terjadi saling utang mengutang, biasanya untuk urusan makan dan harian.

Berbeda dengan orang mampu, mereka berhutang biasanya untuk kebutuhan sekunder. Maka, jika orang mampu bisa berinfak itu adalah hal yang lumrah, tidak perlu berbangga apalagi sampai ada perasaan sombong.

Tapi jika orang orang miskin berinfak, ikut membiayai agama ini, adalah sesuatu yang luar biasa. Karena mereka mesti berhitung dengan keras, menyeimbangkan antara kebutuhan pokok dan besaran infaknya.

Meski miskin, tapi mereka telah selesai dengan urusan pribadinya. Mereka bermental kaya, tidak mau meminta tapi malah memberi. Sifat tamaknya telah terkikis.

Sebaliknya, ada juga orang meski diberi harta berlimpah oleh Allah atau kecukupan, tapi enggan untuk berinfaq, tidak banyak memberi manfaat kepada sesama, tidak mau tahu bahwa dakwah itu perlu dibiayai. Menegakkan agama itu perlu dana besar.

Menegakkan agama, bisa mencakup berbagai aspek. Misalnya dalam bidang ekonomi, sosial, kesehatan, politik, budaya, pendidikan, bahkan pertahanan.

Kita teringat, bagaimana para pejuang kemerdekaan dahulu, mereka bergerilya memasuki hutan, lembah dan pedesaan. Perbekalan mereka dibantu oleh orang orang desa, dengan bahan makanan seadanya, seperti jagung, ketela dan umbi umbian.

Menegakkan agama dibidang ekonomi, dengan menyelenggarakan gerakan ekomoni dan lembaga keuangan syariah, jaringan bisnis, maupun lembaga kajiannya.

Dibidang sosial, dengan menyantuni fakir miskin, panti asuhan yatim, dana untuk dhuafa, bantuan pengungsi bencana alam, ataupun pelatihan kerja.

Dibidang kesehatan, dengan mendirikan rumah sakit atau klinik, bakti sosial, atau bantuan makanan bergizi dan obat obatan.

Dibidang politik, dengan menyelenggarakan pendidikan politik, lembaga kajian, mendukung partai politik atau calon kepala daerah, yang peduli terhadap Islam dan umatnya.

Dibidang budaya, dengan mendorong dan membantu gerakan budaya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, menghidupkan lembaga kajian.

Dibidang pendidikan, dengan meyelenggarakan sekolah, perguruan tinggi Islam, pondok pesantren, pelatihan, dauroh, kaderisasi calon ulama.

Semua yang digambarkan diatas adalah bentuk bentuk usaha untuk meninggikan Islam, dan memajukan umatnya.

Itu semua memerlukan perencanaan matang, pengorganisasian, pelaksanaan rapi, monitoring – evaluasi, dan pengelolaan anggaran.

Itulah lahan dakwah yang membutuhkan dukungan dan perlu dibiayai. Ini tanggung jawab siapa ?

Allahumma inni asaluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thoyyiban wa ‘amalan muttaqabbalan

Wallahu ‘alam bi shawab.

Tabik

Boedi D.

SEMUA BUTUH PAKAR AGAMA PUN DEMIKIAN Para sahabat sebenarnya segan untuk bertanya kepada Nabi tentang

KAJIAN ESKATOLOGI ISLAM DI AL-AZHAR (PART I) Kajian eskatologi Islam atau yang juga nge-trend dengan nama ‘kajian akhir zaman’ itu aslinya merupakan 

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT LMU Apakah kecerdasan atau IQ merupakan satu-satunya faktor keberhasilan menuntut ilmu?

MENTERI LUAR NEGERI PERANCIS MENGHADAP GRAND SYEKH AL-AZHAR Ahad, 8 November 2020, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menghadap Grand Syekh al-Azhar

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

MENTERI LUAR NEGERI PERANCIS JEAN-YVES LE DRIAN MENGHADAP GRAND SYEKH AL-AZHAR, PROF. DR. AHMAD AL-THAYYIB

MENTERI LUAR NEGERI PERANCIS MENGHADAP GRAND SYEKH AL-AZHAR

Ahad, 8 November 2020, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menghadap Grand Syekh al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad al-Thayyib.

Grand Syekh menegaskan beberapa poin penting, di antaranya:

– Saya tidak akan bicara secara diplomatis kalau urusannya sudah soal Islam dan kehormatan Nabi Muhammad ShallalLaahu `alaihi wa Sallama.

– Saya adalah orang pertama yang menolak ‘kebebasan berpendapat’ ketika kebebasan itu digunakan untuk menista agama apapun. Bukan hanya agama Islam.

– Bersama surban al-Azhar ini, kami pernah membawakan mawar perdamaian ke Bataclan Theatre (Paris Attack 2015). Waktu itu kami juga menyerukan penolakan terorisme dalam bentuk apapun.

– Kami akan menuntut siapapun yang menista Nabi Muhammad ShallalLaahu `alaihi wa Sallama di Mahkamah Internasional. Kami tidak peduli kalaupun harus menghabiskan usia kami hanya untuk mengurusi hal tersebut.

– Kami tegaskan bahwa teroris itu sama sekali tidak merepresentasikan kami. Kami sama sekali tidak bertanggungjawab atas aksi-aksi mereka. Kami katakan ini bukan sebagai bentuk apologi. Karena Islam tidak butuh apologi apapun.

Ust. Musa al Azhar, Lc. Dipl.
Pasca Sarjana, Jurusan Hadits dan Ilmu Ilmu Hadits, Fak. Ushuluddin, Univ. Al Azhar Cairo.
Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Mesir dan Timur Tengah.

BELAJAR HADIS ITU SEPERTI APA? (PART II)  Kalau ditanya, misalnya, apa maksudnya ‘menguasai Shahih al-Bukhari’?

SEMUA BUTUH PAKAR AGAMA PUN DEMIKIAN Para sahabat sebenarnya segan untuk bertanya kepada Nabi tentang

KAJIAN ESKATOLOGI ISLAM DI AL-AZHAR (PART I) Kajian eskatologi Islam atau yang juga nge-trend dengan nama ‘kajian akhir zaman’ itu aslinya merupakan 

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT LMU Apakah kecerdasan atau IQ merupakan satu-satunya faktor keberhasilan menuntut ilmu?

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT ILMU

KUNCI KEBERHASILAN MENUNTUT ILMU

Apakah kecerdasan atau IQ merupakan satu-satunya faktor keberhasilan menuntut ilmu?

Apakah kesungguhan, kurang tidur tiap malam, ‘berkemah’ di perpustakaan dan sebagainya merupakan modal utama bagi kesuksesan studi?

Apakah manajemen waktu yang baik merupakan syarat utama meraih prestasi belajar?

Mengapa perlu berambisi untuk bisa sekolah di lembaga-lembaga pendidikan terbaik di dunia?

Mengapa sikap seorang pelajar kepada guru sering disebut sebagai salah satu faktor keberkahan dan keberhasilan proses menuntut ilmu?

Adakah hubungan antara baiknya kualitas ibadah seorang pelajar dengan ilmu yang didapat?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya saling berkaitan satu sama lain bahkan membentuk sebuah kata kunci keberhasilan proses menuntut ilmu. Kata itu bernama ‘adab’ yang dalam bahasa kekinian sering disebut attitude atau sikap.

Begitu pentingnya adab, ulama salaf memberikan banyak penekanan dalam nasehat-nasehat mereka.

Ibnu Sirin (w. 110 H), seorang tabiin ahli tafsir, hadis dan fikih mengatakan, “Para ulama dulu mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari disiplin ilmu”. (al-Jâmi` li Akhlâq al-Râwi 1/79).

Maksudnya, sebagaimana mereka antusias dan serius menggeluti teori dan kaidah-kaidah keilmuan yang mereka pelajari, sebegitu antusias dan serius pula mereka memperhatikan dan membentuk attitude dalam diri mereka.

Abu Nu`aim al-Ashbahani dalam kitabnya (6/361) menukil sebuah nasehat berharga dari Sufyan al-Tsauri (161 H), “Dulu, seseorang yang ingin mulai menulis/mempelajari hadis Nabi terlebih dahulu memperbaiki kualitas adab dan ibadah mereka selama 20-an tahun”.

Hadis Nabi adalah salah satu petunjuk hidup manusia sekaligus syarah utama dari al-Quran. Siapapun yang ingin memahami al-Quran membutuhkan penjelasan dari hadis Nabi. Bagi para ulama memahami hadis Nabi, selain membutuhkan penguasaan ‘ilmu alat’ seperti bahasa Arab, usul fikih, ilmu mantik dan sebagainya, juga membutuhkan kesiapan diri dan jiwa yang ditunjang tidak lain dengan ketinggian kualitas ibadah dan adab.

Para ulama sepanjang zaman telah banyak menulis buku tentang adab (khususnya adab penuntut ilmu), di antaranya:

  1. Al-Jâmi` li Akhlâq al-Râwi wa `Âdâb al-Sâmi` karya seorang ahli hadis al-Khathib al-Baghdadi (w. 462 H);
  2. Tadzkirat al-Sâmi` wa’l Mutakallim fî Âdâbi’l `Âlim wa’l Muta`allim karya Badruddin Ibnu Jama`ah (w. 733), seorang ahli hadis sekaligus ahli fikih yang pernah menjadi hakim agung untuk wilayah Mesir dan wilayah Syam (Suriah, Libanon, Palestina dan Yordania). Bahkan pernah menjadi Khathib Masjid al-Aqsha.
  3. Ta`lîmu’l Muta`allim karya al-Zarnuji, seorang ahli fikih madzhab Hanafi. Kitab ini sangat terkenal sebagai bahan ajar berbagai lembaga pendidikan Islam di dunia. Mulai dari madrasah kecil di sebuah kampung pulau Jawa sampai majelis-majelis ilmu di lingkungan institusi al-Azhar, Mesir.

Apabila kita membaca sekilas karya-karya para ulama tentang adab, ternyata ia tidak hanya soal ‘bagaimana murid berlaku sopan kepada gurunya dan baik kepada temannya’.

Pembahasan soal adab menurut para ulama yang pemikirannya mencerahkan peradaban dunia adalah sebuah pembahasan yang komprehensif.

Misalnya dalam kitab Tadzkirat al-Sâmi` wa’l Mutakallim karya Ibnu Jama`ah di atas. Beliau membagi kitabnya menjadi lima bagian:

Pertama: Keutamaan dan kemuliaan ilmu dan ahli ilmu. Tanpa menghayati keutamaan ilmu, proses belajar di mata siapapun yang berkecimpung dalam dunia keilmuan tidak lebih dari sekedar formalitas untuk meraih gelar tertentu. Padahal, setinggi-tingginya gelar, ilmu itu sendiri jauh lebih tinggi darinya.

Kedua: Adab seorang guru kepada diri sendiri, murid dan ilmu yang ia ajarkan.

Ketiga: Adab seorang murid kepada diri sendiri, guru dan rekan studinya.

Keempat: Bagaimana merawat buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.

Kelima: Bagaimana merawat lingkungan studi seperti gedung sekolah, asrama, kos dan sebagainya.

Selanjutnya, berangkat dari kitab Tadzkirat al-Sâmi` wa’l Mutakallim dengan pengayaan berbagai literatur, secara berkala penulis mengajak para pembaca sekalian untuk berpetualang dalam warisan peradaban Islam terbesar, bangunan keilmuan.

Yaitu dalam hal bagaimana para ulama dalam peradaban Islam begitu menghargai dan detail merumuskan bagaimana konsep pendidikan dan pembelajaran yang ideal. Terkhusus persoalan adab/attitude.

Semoga bermanfaat.

Ust. Musa al Azhar, Lc. Dipl.
Pasca Sarjana, Jurusan Hadits dan Ilmu Ilmu Hadits, Fak. Ushuluddin, Univ. Al Azhar Cairo.
Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Mesir dan Timur Tengah.

BELAJAR HADIS ITU SEPERTI APA? (PART I)Siapapun yang serius mendalami

BELAJAR HADIS ITU SEPERTI APA? (PART II)  Kalau ditanya, misalnya, apa maksudnya ‘menguasai Shahih al-Bukhari’?

SEMUA BUTUH PAKAR AGAMA PUN DEMIKIAN Para sahabat sebenarnya segan untuk bertanya kepada Nabi tentang

KAJIAN ESKATOLOGI ISLAM DI AL-AZHAR (PART I) Kajian eskatologi Islam atau yang juga nge-trend dengan nama ‘kajian akhir zaman’ itu aslinya merupakan 

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

BUKU DAN PERADABAN

BUKU DAN PERADABAN

Foto di atas adalah halaman depan gedung utama Humboldt Universitat zu Berlin, Jerman.

Di tengahnya terdapat halaman luas (semacam alun alun kampus), yang dikelilingi oleh gedung gedung tua, yang dibangun abad 17-18 an.

Di sebelah kiri terdapat gedung Opera, sebelah kanan gedung Fakultas Hukum.

Di tengah persis alun alun kampus itu, terdapat sebuah ruangan bawah tanah, ditutup lantai kaca seluas dua meter persegi.

Bila ditengok ke bawah, terdapat rak rak buku kosong di sebuah ruangan yang sunyi.

Ia adalah sebuah “Monumen”, untuk mengenang bahwa Jerman pada zaman Nazi Hitler, pernah merampas dan membakar “segunung” buku buku perpustakaan dan karya ilmuwan Universitas Humboldt.

Ada saja pengunjung yang meletakkan “sekuntum bunga”, di atas lantai kaca itu, mungkin sebagai tanda berkabung atas, “dibunuhnya ilmu pengetahuan”.

Rezim Nazi hendak memberangus semua hal yang dianggap bertentangan dengan ideologinya. Buku buku dibakar supaya tidak diajarkan atau dibaca di kampus. Sebuah upaya dengan kekerasan ( hard power) untuk mengendalikan pikiran manusia.

Pembakaran atau pemusnahan buku buku, berdampak cukup fatal bagi catatan sejarah dan ilmu pengetahuan.

Karena rekam jejak peradaban masa lalu, bisa dilacak dari buku atau tulisan, manuskrip, hingga pada batu prasasti.

Peradaban kuno bisa dikorek informasinya, setelah dibaca dari peninggalan tulisan yang ditemukan. Seperti peradaban Sumeria, Babilonia, Mesir Kuno, Yunani Kuno atau Romawi.

Bahkan, karena begitu spektakulernya temuan peninggalan peradaban Mesir Kuno, seperti Piramid, Spinx, Luxor, Abu Simble, Mummi dan segala perniknya, memunculkan disiplin ilmu baru : Egyptologi.

Kolonialisme – Imperalisme modern juga menyertakan “team”, para peneliti untuk mempelajari bangsa bangsa yang ditaklukkan.

Perancis, Inggris menyimpan banyak catatan sejarah dari negara negara yang pernah ditaklukkan.

Sejarah Jawa atau Nusantara, bisa dilacak dari manuskrip, atau tulisan para pujangga masa lalu yang banyak tersimpan di Universitas Leiden Belanda.

Kolonial Belanda telah mencuri dan menyimpannya dengan rapi sejarah masa lalu Nusantara. Sehingga kalau ada keperluan studi, kita harus riset ke sana.

Ketika jendral Anthoni, seorang panglima tentara Romawi di Mesir membakar kota Alexandria, perpustakaannya ikut terbakar. Biblioteca Alexandrina, adalah perpustakaan terbesar pertama di dunia, dibangun oleh Alexander The Great, si penakluk dari Yunani.

Tapi, Perpustakaan Alexandria sekarang sudah berdiri megah, dengan arsitektur unik, menyimpan berbagai catatan, buku dan mansukrip kuno.

Dipugar kembali oleh UNESCO, merupakan salah satu situs dunia yang dilindungi, sebagai Monumen Ilmu Pengetahuan Manusia.

Rumah tertua yang masih menyimpan buku buku klasik dan langka, dan masih eksis selama berabad abad adalah, Perpustakaan Universitas Al Qarawiyin di Maroko. Dibangun tahun 859. Al Qarawiyin adalah universitas paling tua di dunia.

Kemudian Perpustakaan Hereford Cathedral, yang masih memiliki rantai dan almari yang digembok, kebanyakan berisi buku buku Theologi ke-Kristenan.

Kemudian Perpustakaan Royal Grammar School, berisi buku buku kuno tahun 1575. Dan Perpustakaan Wells Cathedral, yang sudah ada sebelum tahun 1.8000. Mengoleksi buku buku Theologi, kesehatan, dan sejarah, dari abad 16, 17 dan 18.

Catatan kelam peradaban berupa pemusnahan buku, juga pernah terjadi dalam sejarah Islam. Keruntuhan kejayaan Baghdad zaman Abasiyah diawali dengan serangan tentara bangsa Mongol yang memasuki kota, dan kemudian meluluh lantakkannya.

Perpustakaan dibakar dan buku bukunya dihanyutkan ke sungai Tigris. Dikisahkan hingga air sungai Tigris berubah menjadi hitam, karena tinta kitab kitab karya para ulama larut dan luntur ikut mewarnai aliran sungai.

Betapa tak terkirakan kerugian ilmu pengetahuan, akibat catatan sejarahnya musnah. Kalau mengingat peristiwa ini, hati terasa tersayat dan perih.

“Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku bukunya, maka pastilah bangsa itu akan musnah”, kata novelis Milan Kundera.

Tapi ada pendapat lain, “tak perlu membakar buku untuk menghancurkan sebuah peradaban, tapi buatlah masyarakatnya berhenti membaca”, kata sastrawan Ray Bradbury.

Tapi sudahlah, kehancuran Baghdad adalah taqdir yang tidak perlu diratapi. Allah menggilirkan naik turunnya peradaban agar menjadi pelajaran bagi manusia.

Bagi ummat Islam, kesyukuran yang tak terhingga adalah karena kita memiliki AlQur’an. Dia adalah manuskrip langit, satu satunya Kitab yang paling autentik di muka bumi.

Kewajiban kita adalah untuk selalu mengilmuinya, agar kita mendapatkan petunjuk dan rahmat-NYA. Wallahu ‘alam bi shawab.

Tabik,
Yusuf al Azhar: Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Jerman dan Eropa

Yusuf Al-azhar
Alumni SMA BIAS Yogyakarta 2013

Kuliah di Fakultas Kultur- und Medienwissenschaft Humboldt Universtät zu Berlin

MUSLIM DI JERMAN DAN KONSPIRASI Beberapa waktu lalu Ayah saya pernah mengirim beberapa kisah tentang orang orang Indonesia di

BUNGA SAKURA DI BERLIN Pada suatu hari, saya sedang mengunjungi acara kumpul-kumpul mahasiswa Indonesia di

GALERI

Hubungi Kami Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta
Hari Kerja (Senin – Jumat) : 07.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB
Komplek Perkantoran BIAS  Jl. Wirosaban Barat No. 6
Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 

Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com

Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru

Tanya Jawab?
1
Assalamualaikum
Selamat, Ayah Bunda berkesempatan berinteraksi menyenangkan dengan Sekolah Islam Berwawasan Internasional, BIAS Yogyakarta