BUKU DAN PERADABAN
Foto di atas adalah halaman depan gedung utama Humboldt Universitat zu Berlin, Jerman.
Di tengahnya terdapat halaman luas (semacam alun alun kampus), yang dikelilingi oleh gedung gedung tua, yang dibangun abad 17-18 an.
Di sebelah kiri terdapat gedung Opera, sebelah kanan gedung Fakultas Hukum.
Di tengah persis alun alun kampus itu, terdapat sebuah ruangan bawah tanah, ditutup lantai kaca seluas dua meter persegi.
Bila ditengok ke bawah, terdapat rak rak buku kosong di sebuah ruangan yang sunyi.
Ia adalah sebuah “Monumen”, untuk mengenang bahwa Jerman pada zaman Nazi Hitler, pernah merampas dan membakar “segunung” buku buku perpustakaan dan karya ilmuwan Universitas Humboldt.
Ada saja pengunjung yang meletakkan “sekuntum bunga”, di atas lantai kaca itu, mungkin sebagai tanda berkabung atas, “dibunuhnya ilmu pengetahuan”.
Rezim Nazi hendak memberangus semua hal yang dianggap bertentangan dengan ideologinya. Buku buku dibakar supaya tidak diajarkan atau dibaca di kampus. Sebuah upaya dengan kekerasan ( hard power) untuk mengendalikan pikiran manusia.
Pembakaran atau pemusnahan buku buku, berdampak cukup fatal bagi catatan sejarah dan ilmu pengetahuan.
Karena rekam jejak peradaban masa lalu, bisa dilacak dari buku atau tulisan, manuskrip, hingga pada batu prasasti.
Peradaban kuno bisa dikorek informasinya, setelah dibaca dari peninggalan tulisan yang ditemukan. Seperti peradaban Sumeria, Babilonia, Mesir Kuno, Yunani Kuno atau Romawi.
Bahkan, karena begitu spektakulernya temuan peninggalan peradaban Mesir Kuno, seperti Piramid, Spinx, Luxor, Abu Simble, Mummi dan segala perniknya, memunculkan disiplin ilmu baru : Egyptologi.
Kolonialisme – Imperalisme modern juga menyertakan “team”, para peneliti untuk mempelajari bangsa bangsa yang ditaklukkan.
Perancis, Inggris menyimpan banyak catatan sejarah dari negara negara yang pernah ditaklukkan.
Sejarah Jawa atau Nusantara, bisa dilacak dari manuskrip, atau tulisan para pujangga masa lalu yang banyak tersimpan di Universitas Leiden Belanda.
Kolonial Belanda telah mencuri dan menyimpannya dengan rapi sejarah masa lalu Nusantara. Sehingga kalau ada keperluan studi, kita harus riset ke sana.
Ketika jendral Anthoni, seorang panglima tentara Romawi di Mesir membakar kota Alexandria, perpustakaannya ikut terbakar. Biblioteca Alexandrina, adalah perpustakaan terbesar pertama di dunia, dibangun oleh Alexander The Great, si penakluk dari Yunani.
Tapi, Perpustakaan Alexandria sekarang sudah berdiri megah, dengan arsitektur unik, menyimpan berbagai catatan, buku dan mansukrip kuno.
Dipugar kembali oleh UNESCO, merupakan salah satu situs dunia yang dilindungi, sebagai Monumen Ilmu Pengetahuan Manusia.
Rumah tertua yang masih menyimpan buku buku klasik dan langka, dan masih eksis selama berabad abad adalah, Perpustakaan Universitas Al Qarawiyin di Maroko. Dibangun tahun 859. Al Qarawiyin adalah universitas paling tua di dunia.
Kemudian Perpustakaan Hereford Cathedral, yang masih memiliki rantai dan almari yang digembok, kebanyakan berisi buku buku Theologi ke-Kristenan.
Kemudian Perpustakaan Royal Grammar School, berisi buku buku kuno tahun 1575. Dan Perpustakaan Wells Cathedral, yang sudah ada sebelum tahun 1.8000. Mengoleksi buku buku Theologi, kesehatan, dan sejarah, dari abad 16, 17 dan 18.
Catatan kelam peradaban berupa pemusnahan buku, juga pernah terjadi dalam sejarah Islam. Keruntuhan kejayaan Baghdad zaman Abasiyah diawali dengan serangan tentara bangsa Mongol yang memasuki kota, dan kemudian meluluh lantakkannya.
Perpustakaan dibakar dan buku bukunya dihanyutkan ke sungai Tigris. Dikisahkan hingga air sungai Tigris berubah menjadi hitam, karena tinta kitab kitab karya para ulama larut dan luntur ikut mewarnai aliran sungai.
Betapa tak terkirakan kerugian ilmu pengetahuan, akibat catatan sejarahnya musnah. Kalau mengingat peristiwa ini, hati terasa tersayat dan perih.
“Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku bukunya, maka pastilah bangsa itu akan musnah”, kata novelis Milan Kundera.
Tapi ada pendapat lain, “tak perlu membakar buku untuk menghancurkan sebuah peradaban, tapi buatlah masyarakatnya berhenti membaca”, kata sastrawan Ray Bradbury.
Tapi sudahlah, kehancuran Baghdad adalah taqdir yang tidak perlu diratapi. Allah menggilirkan naik turunnya peradaban agar menjadi pelajaran bagi manusia.
Bagi ummat Islam, kesyukuran yang tak terhingga adalah karena kita memiliki AlQur’an. Dia adalah manuskrip langit, satu satunya Kitab yang paling autentik di muka bumi.
Kewajiban kita adalah untuk selalu mengilmuinya, agar kita mendapatkan petunjuk dan rahmat-NYA. Wallahu ‘alam bi shawab.
Tabik,
Yusuf al Azhar: Kontributor Jaringan Sekolah BIAS untuk Jerman dan Eropa
Yusuf Al-azhar
Alumni SMA BIAS Yogyakarta 2013
Kuliah di Fakultas Kultur- und Medienwissenschaft Humboldt Universtät zu Berlin
MUSLIM DI JERMAN DAN KONSPIRASI Beberapa waktu lalu Ayah saya pernah mengirim beberapa kisah tentang orang orang Indonesia di
BUNGA SAKURA DI BERLIN Pada suatu hari, saya sedang mengunjungi acara kumpul-kumpul mahasiswa Indonesia di
GALERI
Telepone 0274 – 410 350
Email Sibibias@gmail.com
Informasi Tentang
Lembaga
Penerimaan Siswa Baru